[ad_1]
Seperti namanya, program Kelas Sang Juara SMP Barunawati bertujuan untuk mencetak para juara. Di ruang kelas, kreativitas seluruh siswa digali dan dikembangkan hingga menjadi hal yang membanggakan.
SEPTIAN NUR HADI, Surabaya
SEHELAI benang telah dipegang Dinar Akhaya Desnity. Kedua matanya fokus menatap jarum jahit. Sambil mengerutkan dahi, secara perlahan benang mulai dimasukkan ke dalam jarum. Namun, bagi seorang pemula, memasukkan benang ke lubang jarum tidak semudah yang dibayangkan.
Dibutuhkan konsentrasi penuh. Layaknya sedang menghadapi ujian akhir semester. Meski begitu, siswa kelas IX itu tidak menyerah. Setelah berkali-kali mencoba, akhirnya sehelai benang tersebut berhasil dimasukkan.
’’Huwh, akhirnya benang masuk juga (jarum jahit),’’ kata Dinar sambil menghela napas panjang.
Pelatihan itu berlangsung selama satu jam. Selama aktivitas berjalan, Marina Kurniasari terus memberikan pendampingan kepada para siswa.
Meski baru berjalan sebulan, kreativitas siswa semakin berkembang. Beberapa produk berhasil diciptakan, seperti tempat tisu, lap, dan tas jinjing. Setelah dinilai mahir, siswa diajari level yang lebih tinggi.
’’Yaitu, membuat busana. Keahlian tersebut bisa menjadi bekal mereka (siswa) ke depan. Terutama saat mereka sudah dewasa. Keahlian menjahit bisa mereka gunakan saat memasuki dunia kerja atau berwirausaha,’’ kata Kepala SMP Barunawati Marina Kurniasari, Jumat (3/2).
Pelatihan menjahit merupakan salah satu program Kelas Sang Juara. Selain menjahit, Marina menjelaskan terdapat beberapa aktivitas lain dalam program tersebut. Misalnya, olimpiade IPA dan IPS. Lalu, tarian tradisional, drama teater, paduan suara, melukis, serta pelatihan musik.
Kelas Sang Juara berlangsung hampir setiap hari. Yakni, setelah pembelajaran formal selesai. Mulai pukul 13.00 hingga 14.00.
Semua siswa dibebaskan untuk memilih mengikuti pelatihan pada program Kelas Sang Juara. Dari sekian kegiatan yang ditawarkan, pelatihan menjahit dan kesenian budaya paling diminati oleh para siswa.
Di Kelas Sang Juara, siswa diberi kebebasan dalam berekspresi. Namun, tetap di bawah pengawasan pihak sekolah sehingga kreativitas tetap berjalan di arah yang positif.
’’Yang biasa saja di akademis ternyata punya kemampuan lain. Dan hasilnya cukup memuaskan. Ternyata di balik pasifnya mereka belajar di kelas, ada bakat luar biasa yang dimiliki oleh para siswa. Bakat itulah yang terus kami kembangkan hingga menjadi bintang,’’ ujar perempuan berusia 41 tahun itu.
Program Kelas Sang Juara baru berjalan sejak awal tahun ini. Selain para siswa, program Kelas Sang Juara menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh pengajar. Sebab, mereka dilibatkan langsung dalam program tersebut.
Selain mengajar formal di kelas, guru juga dituntut harus bisa mengajar di Kelas Sang Juara. Mulai melatih menjahit, mengajar tarian tradisional, hingga melukis serta drama teater. Sehingga secara tidak langsung Kelas Sang Juara tidak hanya diperuntukkan para siswa.
’’Para pengajar pun jadi mempunyai warna baru dalam berkreativitas. Yang tadinya sekadar hobi menari, di dalam Kelas Sang Juara mereka dituntut untuk profesional. Dan itu semua mereka lakukan dengan sukarela. Tanpa meminta bayaran lebih,’’ terang ibu tiga anak itu.
Agar program Kelas Sang Juara terus berlanjut, pengembangan terhadap para pengajar diberikan. Marina berharap Kelas Sang Juara bisa mencetak para juara.
’’Para juara tidak harus semuanya dibuktikan dengan sebuah piala. Sebab, sang juara sesungguhnya adalah mereka yang mampu menunjukkan serta menerapkan kemampuannya dan bermanfaat bagi sesama,’’ tegas Marina, lantas menyeruput secangkir tehnya.
[ad_2]
Source link