[ad_1]
Suara.com – Kabar baik untuk pasien kanker payudara tipe HR+ dan HER2- stadium awal karena tersedia obat Abemaciclib yang terbukti bisa meningkatkan harapan hidup pasien, sehingga tidak perlu membeli dari luar negeri. Gimana cara kerja, dosis, harga dan ditanggung BPJS Kesehatan gak ya?
Obat Abemaciclib ini baru saja mendapat persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga bisa diberikan bersamaan dengan terapi endokrin untuk menghambat pertumbuhan sel kanker yang dipengaruhi kadar hormon.
Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Dr. dr TB Djumhana Atmakusuma SpPD-KHOM, menjelaskan Abemaciclib atau Yuraleb adalah obat sistemik yang bekerja langsung menyasar dari dalam inti sel agar perkembangannya berhenti, dan tidak berubah menjadi sel kanker.
“Cara kerja ini berbeda dengan terapi endokrin atau kemoterapi yang bekerja menyasar di luar sel, sehingga tidak semakin mempengaruhi sel sehat berubah jadi kanker,” ujar Dr. Djumhana di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Sabtu (17/6/2023).
Baca Juga:
Penelitian Terbaru Temukan Efek Memasak Makanan dengan Suhu Tinggi Picu Risiko Kanker : Kok Bisa ?
Sehingga dengan terapi kombinasi obat Abemaciclib bersama terapi endokrin, pengobatan kanker payudara bekerja dari dua sisi. Dari dalam inti sel menghentikan perubahan sel sehat jadi sel kanker, dari luar menghambat faktor yang mempengaruhi perubahan sel sehat menjadi sel kanker.
Apalagi kabar paling baru, BPOM juga baru saja menyetujui pemberian obat Abemaciclib ini untuk diberikan di tahap early breast cancer, atau pasien kanker payudara stadium awal di saat belum menyebar di luar payudara.
“Jadi dari mulai pertama kali terdeteksi kanker payudara stadium awal, early breast cancer itu tahap stadium 1B, jadi belum keluar dari payudara,” timpal Ahli hematologi, Prof. Dr. dr Ary Harryanto Sp.PD-KHOM ini.
Sehingga dengan persetujuan ini, harapannya masyarakat Indonesia tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri seperti Singapura untuk membeli obat ini, karena sudah bisa digunakan untuk pasien kanker payudara stadium awal.
COO ZP Therapeutics Aylie Wijaya mengatakan ini pertama kalinya BPOM menyetujui obat untuk stadium awal kanker payudara, khususnya untuk yang jenis HR+ dan HER2-.
“Sebelumnya, kami sudah mendapatkan approval untuk stadium lanjut. Kami berharap dengan ini bisa memberikan pilihan terapi oleh dokter di Indonesia untuk pasien yang lebih luas,” ucap Aylie.
Apalagi semakin awal kanker payudara bisa ditangani, semakin tinggi juga harapan hidup pasien kanker payudara, yang nantinya sel kanker terkontrol dan eliminasi, dan bisa melanjutkan hidup selaiknya orang normal dengan syarat tetap mengontrol gaya hidup sehari-hari.
Perlu diketahui tipe HR+ dan HER2- mendominasi 73 persen kasus kanker payudara di seluruh dunia. Termasuk Indonesia, HR+ dan HER2- jadi kanker payudara metastasis subtipe tertinggi di Indonesia.
Kanker payudara metastasis adalah kategori tipe sel kanker yang menentukan seberapa cepat sel kanker menyebar ke berbagai organ tubuh lain, dan menurunkan angka harapan hidup pasien.
HR adalah singkatan dari reseptor hormon. HR+ berarti sel tumor memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor HR+.
HER2 adalah singkatan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia2. HER2+ berarti sel tumor memproduksi protein yang disebut HER2/neu dalam kadar tinggi, yang telah terbukti terkait dengan jenis kanker payudara agresif tertentu.
Meski terbukti ampuh meningkatkan harapan hidup pasien kanker payudara HR+ dan HER2-, Abemaciclib yang sudah bisa diresepkan dokter dan dibeli di apotek Indonesia ini memiliki harga yang cukup fantastis.
Apalagi obat ini belum masuk dalam tanggungan negara, atau belum bisa diakses pasien BPJS Kesehatan. Untuk paket satu bulan Abemaciclib dihargai Rp 30 juta, terdiri dari 4 box, di mana 1 box berisi 15 tablet.
“Obat ini diminum dua kali sehari setiap hari, maksimal dengan rentang waktu 2 tahun, lalu bisa diberikan jeda untuk evaluasi dokter dan bisa diresepkan kembali hingga 5 tahun berikutnya,” timpal Prof. Ary.
[ad_2]
Source link