Berita Terkini

3 Alasan Jepang Bukan Lagi Negara Cinta Damai

[ad_1]

loading…

Jepang terus memperkuat militernya menghadapi ancaman China dan Korea Utara. Foto/Reuters

TOKYO – Kekalahan pada Perang Dunia II dan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki menjadi peristiwa yang memicu Jepang sebagai negara pasifisme yang mendukung perdamaian. Tapi, ketegangan geopolitik dan ancaman negara tetangga menjadi Jepang meninggalkan ideologi dan membangun militer untuk menghadapi ancaman asing.

Tren militerisasi Jepang juga dipicu menguatnya sentimen nasionalisme di kalangan konservatif. Dalam berbagai jajak pendapat, publik Jepang juga mulai memberikan dukungan agar Jepang menjadi negara dengan kekuatan militer yang kuat.

Survei pemerintah terbaru menunjukkan rakyat mendukung Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) yang lebih besar dan kuat dari 29% pada 2018 menjadi 41,5% pada tahun 2022. Dukungan terhadap aliansi Jepang dan Amerika Serikat (AS) juga meningkat menjadi 90%, bahkan 50% penduduk jepang mendukung amendemen Pasal 9 Konstitusi Jepang tentang larangan Jepang memiliki militer.

Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida sudah meningkatkan anggaran militernya. Dia membeli armada pesawat tempur dan memesan misil Tomahawk. Jepang menganggarkan USD331 miliar untuk anggaran pertahanan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2027, militer Jepang akan menganggar 2% dari produk domestik bruto (PDB). Tokyo akan menjadi negara ketiga dengan anggaran militer terbesar di dunia.

Berikut 3 alasan kenapa Jepang memperkuat militernya dan menjadi negara yang meninggalkan ideologi pasifisme.

1. China Terus Memperkuat Militer

3 Alasan Jepang Bukan Lagi Negara Cinta Damai

Foto/Reuters

China menghabiskan miliaran dolar untuk memperkuat militernya. Apa yang dilakukan China tidak lain karena mereka bermanuver di Laut China Selatan dan mempersiapkan diri untuk menginvasi Thailand. Tapi, apa yang dilakukan China juga membuat Jepang sangat khawatir dengan kondisi tersebut.

[ad_2]

Source link